BOGOR – Syaikh Ahmad bin Muhammad Surkati al-Anshori al-Kazraji adalah nama dari seorang ulama nusantara yang berasal dari Afrika Timur. Lahir sekitar tahun 1875 Masehi di Udfu, pulau Arqu dekat kota Dongola, Sudan.
Syaikh Ahmad Surkati di Indonesia dikenal sebagai sosok ulama besar yang memperjuangkan kesetaraan manusia. Beliau mengajarkan bahwa kemuliaan seseorang tidak bergantung pada garis keturunan, melainkan pada ilmu, amal, dan akhlak.
Dalam salah satu syairnya, Syekh Ahmad Surkati pernah menyampaikan seperti ini. “Kemuliaan bukan karena pakaian atau keturunan, tetapi karena ilmu dan adab.”
“Syekh Ahmad Surkati dikenal sebagai tokoh yang menentang diskriminasi berdasarkan nasab atau keturunan,” kata Sejarawan al-Irsyad al-Islamiyyah, Ustaz Abdullah Batarfie.
Abdullah Batarfie mengungkapkan, prinsip tersebut diterapkan Syekh Ahmad Surkati dalam institusi pendidikan yang didirikannya, di institusi pendidikan tersebut semua siswa diperlakukan setara tanpa memandang latar belakang sosial mereka. Hal ini di jelaskan oleh Abdullah Batarfie saat melakukan diskusi dan bedah komik bertajuk Syekh Ahmad Surkati: Ulama Pejuang Kesetaraan Manusia di Perpustakaan Kota Bogor, pada hari Sabtu tanggal 23 November 2024.
Acara diskusi dan bedah komik diawali dengan sambutan dari Ketua Pembina Pusat Dokumentasi & Kajian Al-Irsyad, Ir. Zeyd Amar, yang sekaligus membuka acara secara resmi. “Syekh Ahmad Surkati adalah tokoh yang tidak hanya relevan pada masanya, tetapi juga memberikan pelajaran penting tentang kesetaraan dan pendidikan bagi generasi masa kini. Saya berharap acara ini menjadi awal yang baik untuk terus menghidupkan warisan pemikiran beliau melalui medium kreatif seperti komik,” ungkapnya.
Diskusi dan bedah komik yang digelar dalam rangka memperingati perjuangan tokoh ulama besar Nusantara oleh Bogor Historical Work bersama Pusat Dokumentasi dan Kajian Al-Irsyad ini di isi dengan pementasan wayang oleh siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) Al-Irsyad Bogor. Dalam pementasan ini, digambarkan dialog dramatik antara Syekh Ahmad Surkati dan Soekarno, yang baru saja kembali dari pengasingan di Ende.
Meskipun kedua mata Syekh Surkati telah kehilangan penglihatannya, ia memberikan pesan mendalam kepada Soekarno bahwa mata hatinya, serta umat Islam Indonesia, telah terbuka terhadap hakikat kebenaran Islam.
Pementasan ini menyentuh hati para peserta, menggambarkan nilai perjuangan, ketulusan, dan keteguhan hati Syekh Ahmad Surkati sebagai seorang ulama yang menginspirasi.
Di tempat yang sama, penulis komik, Ustaz Artawijaya menjelaskan bahwa perjuangan Syekh Ahmad Surkati terhadap kesetaraan juga tercermin dalam caranya mendidik kader-kader bangsa melalui organisasi seperti Jong Islamieten Bond.
“Syekh Surkati bersama H. Agus Salim dan Tuan Hasan, berhasil mencetak generasi muda yang kuat dalam keislaman sekaligus cinta terhadap negeri mereka,” sampai Ustaz Artawijaya.
Komikus Handri Satria juga menjelaskan bahwa komik tidak hanya menceritakan kisah, tetapi juga membawa pesan nilai-nilai perjuangan yang relevan untuk masa kini. Dia juga menambahkan bagaimana visualisasi sejarah melalui media komik dapat menjangkau generasi muda dengan cara yang lebih menarik dan mudah dipahami.
“Komik ini bertujuan untuk mengenalkan nilai-nilai perjuangan Syekh Surkati kepada masyarakat, bukan untuk memperkeruh perdebatan tentang nasab ba’alawi,” Kata Handri Satria. “Naskah ini sudah lama disiapkan sebelum isu tersebut mencuat. Fokus kami adalah menyampaikan kritik terhadap pemikiran, bukan individu atau kelompok tertentu,” ujar Handri menambahkan.
Diskusi tersebut ditutup dengan harapan agar perjuangan Syekh Ahmad Surkati bisa dijadikan inspirasi bagi generasi muda Indonesia. Ustaz Abdullah Batarfie menekankan pentingnya meneladani nilai-nilai kesetaraan, toleransi, dan pendidikan inklusif yang diajarkan oleh Syekh Surkati.
“Prinsip kesetaraan ini tidak hanya relevan dalam konteks pendidikan, tetapi juga dalam membangun wawasan kebangsaan yang menjunjung tinggi keadilan dan persatuan,” ujar Ustaz Abdullah Batarfie menutup diskusi.