Ainul Churria Al-Malachim Raih Gelar Doktor Setelah Meneliti Peran Bu Nyai di 7 Kabupaten


Ainul Churia Al-Malachim saat ujian terbuka di UIN Sunan Ampel Surabaya, DOK: Ainul for Publis
PUBLIS.ID, JEMBER - Dosen Fakultas Dakwah UIN KHAS Jember, Ainul Churria Al-Malachim berhasil meraih gelar doktor setelah menyelesaikan ujian terbuka di Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya pada hari Kamis tanggal 21 Juli 2022 lalu.
Tidak tanggung-tanggung, Ia melakukan penelitian di 7 (tujuh) kabupaten sekaligus, diantaranya, Kabupaten Banyuwangi, Jember, Lumajang, Malang, Jombang, Kota Kediri, dan Kabupaten Lamongan.
Ainul Churria yang masih berumur 29 tahun ini menjelaskan bahwa judul disertasinya, 'Kontribusi Perempuan Dalam Mengembangkan Tradisi Tahfiz dan Tafsir Al-Qur'an (Studi Tokoh Pengasuh Putri Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur'an di Jawa Timur)' setidaknya memiliki beberapa poin inti, diantaranya Peran 11 (sebelas) Bu Nyai di 7 (tujuh) kabupaten-kota di Provinsi Jawa Timur dalam mengembangkan metode dan tradisi tahfidz Al-Quran.
"Para Bu Nyai ini juga mengembangkan metode modern pengajaran tafsir Al-Quran, tidak hanya untuk santri, tapi juga untuk masyarakat. Dan, Bu Nyai ini juga mengkreasi metode baru hafalan Al-Quran," beber Ainul Churria yang juga menjabat sebagai Dosen di STIS Miftahul Ulum Lumajang.
Saat ujian terbuka, Staf LP2M UIN KHAS Jember ini mengaku banyak tanggapan dari penguji, salah satunya dari Prof. Dr. Said Aqil Husein Munawwar, MA yang pernah menjabat sebagai Menteri Agama pada Kabinet Gotong Royong dijaman Presiden ibu Megawati.
"Harus dibedakan antara kontribusi perempuan dalam mengajarkan tafsir dengan peran perempuan dalam menulis tafsir," ucap Ainul Churria mencoba menirukan perkataan yang disampaikan Prof. Said Aqil Husein.
Selain itu, sambung Ainul Churria, Prof. Said Aqil Husein mengatakan harus ada penekanan dalam hal perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hafalan dan tafsir Al-Quran.
Perlu digali peran para ibu Nyai itu dalam pengembangan tradisi tafsir dalam bahasa Arab dan Inggris, sebab ini akan teruji dalam musabaqoh Al-Quran tingkat Internasional.
"Perlu ditekankan tetap pentingnya tahfidzul Qur'an meskipun saat ini kecanggihan teknologi digital telah memungkinkan setiap orang untuk mengakses ayat dan surat Al-Quran dengan cepat dan tepat," terangnya.
Ainul Churria berkata, bila banyak hal yang menjadi lika liku dalam perjalanan menempuh pendidikan doktornya. Tetapi, hal itu dijadikannya semangat pemicu ke depan untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Ia berharap, semoga tetap bisa menjadi orang yang bermanfaat bagi seluruh umat.
Reporter: Robith Fahmi
Publiser: Ammar