Rabu 26 Juli 2023

Agar Mapel Aswaja Tidak Membosankan Dimata Siswa, Semua Guru LP Ma'arif Wajib Kuasai Metode Ini

Oleh Redaksi, PUBLIS

PUBLIS.ID, JEMBER - Sejumlah guru sekolah tingkat dasar, menengah dan atas di lingkungan Pengurus Cabang (PC) Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif Nahdlatul Ulama Kencong, Kabupaten Jember, diberikan pembekalan khusus Mata Pelajaran (Mapel) Aswaja dan ke NU an. Kegiatan bertajuk Diseminasi Peningkatan Kapasitas Pembelajaran Mata Pelajaran Aswaja dan Ke-NU-an berlangsung di Aula Nusantara PCNU Kencong, Rabu (26/7/23).


Menurut Koordinator Bidang (Korbid) Sumber Daya Manusia (SDM) PCNU Kencong Tantowi Jauhari, kegiatan diseminasi berlangsung selama  2 hari mulai Rabu dan Kamis (26/27). Adapun pemateri dari LP Ma'arif Wilayah Jawa Timur untuk selanjutnya diteruskan pemateri dari LP Ma'arif Cabang Kencong yang sudah mengikuti Training Of Trainer (TOT).


Ustad muda yang akrab disapa Gus Towi menambahkan, selama ini banyak guru Mapel Aswaja yang belum bisa menyampaikan materi Aswaja dengan baik. Mereka tidak menguasai metode pembelajaran dan tidak mampu memproduksi media pembelajaran yang bisa digunakan, agar pelajaran Aswaja menjadi menyenangkan.


"Nantinya  guru dapat menyampaikan materi Aswaja dan ke NU an dengan baik dan menyenangkan. Siswa dapat menyenangi Mapel Aswaja dan ke NU an. Selanjutnya mampu memahami dan mengamalkan aqidah dan amaliyah Nahdlatul Ulama. Sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai secara baik dan maksimal," tuturnya.


Senada disampaikan Wakil Sekretaris LP Ma'arif Wilayah Jawa Timur, Hizbullah Huda, diseminasi ini memiliki beberapa target agar akidah Aswaja-An-Nahdliyah tetap mengalir kepada siswa. Pertama target dasar, siswa sudah mengetahui amaliyah ke NU an. Siswa mengetahui garis besar keorganisasian, seperti mampu membuat lambang NU sampai ke proses berorganisasi ala NU.


Selanjutnya tingkat menengah, siswa mampu melaksanakan amaliyah Aswaja sesuai dengan tuntunan yang diajarkan NU. Tingkat atas, siswa mampu menjawab dan mendiskusikanya. Selain itu siswa sudah mengetahui dalil keabsahan. Siswa mampu menguasai metode debat.


"Terpenting program ini pokoknya ada di sekolah. Hasil apapun dari diseminasi kalau lembaga tidak membantu ikut mensuport kegiatan ini akan sia-sia. Makanya guru Aswaja harus dekat dengan kepala sekolah dan waka kurikulum. Agar mereka mampu untuk memfasilitasi kebutuhan," kata Hizbullah Huda.


Lebih jauh Dosen mata kuliah PDB Agama Islam di Universitas Airlangga ini menyampaikan, selain itu ada 5 problematika yang selama ini dialami para guru Aswaja. Yakni kebanyakan guru Aswaja adalah guru yang tidak bisa mengajarkan mapel lain. Di situ Mapel Aswaja seperti sebagai anak tiri, bukan mapel prioritas. "Itu sangat mengenaskan sekali dan menyedihkan bagi kita," imbuhnya.


Selanjutnya mayoritas guru Aswaja adalah guru yang belum memiliki gelar sarjana. Meskipun faktanya sudah berubah, tapi ketika dilakukan beberapa pencarian data, rata-rata guru aswaja diambil dari lingkungan pesantren.


"Bukan kita menegasikan kelebihan santri, akan tetapi memang tidak bisa dipungkiri ada banyak metode pembelajaran modern yang saat ini sedang digunakan oleh guru Mapel lain itu tidak bisa dimanfaatkan oleh guru dari kalangan santri tersebut. Karena tidak ada pengalaman di kesarjanaan," ungkapnya.


Lanjut Dia, guru Aswaja kebanyakan sudah purna. Kebanyakan kepada kepala sekolah mereka minta untuk mengajar. Padahal semua mapel sudah ada gurunya, akhirnya terpaksa diberikan mapel Aswaja. Problematika terakhir, guru Aswaja tidak menguasai metode dan strategi pembelajaran yang baik.


"Dari kelima problematika tersebut kita usahakan guru Aswaja harus berubah. Kalau sebelumnya guru aswaja itu menjadi momok bagi siswa, sekolah harus dibalik bahwa mapel aswaja adalah mapel yang menarik," pungkas Hizbullah Huda.


Reporter: Tahrir

Editor: Fahmi

Redaksi

Publis.id berupaya menjadi yang terdepan dalam menyajikan berita dan informasi dengan menerapkan standar jurnalisme yang berkualitas dalam meliput berbagai peristiwa daerah, nasional, dan internasional.

Baca Juga