TEGAL – Kelompok gerakan perlawanan Palestina, Hamas, pada Jumat (18/10) mengkonfirmasi kematian Yahya Sinwar, kepala biro politik gerakan tersebut, dalam sebuah serangan udara yang dilakukan Israel di Gaza.
Dilansir dari media Al Jazeera, dalam sebuah pernyataan yang disiarkan di melalui siaran televisi, wakil pemimpin Hamas Khalil al-Hayya memuji Sinwar sebagai “pahlawan yang berjuang melawan pasukan Israel hingga nafas terakhirnya.” Hayya menyebut Sinwar sosok yang teguh, berani, dan tak kenal takut, yang telah mengorbankan hidupnya demi pembebasan Palestina.
“Dia menemui ajalnya dengan berdiri gagah berani, dengan kepala tegak, memegang senjata api, menembak hingga napas terakhir, hingga saat-saat terakhir hidupnya,” kata Hayya dalam pidatonya.
Beliau juga menekankan bahwa sandera Israel “tidak akan dibebaskan sampai penghentian total agresi militer Israel di Gaza, pembebasan tahanan Palestina, dan penarikan total pasukan Israel dari Jalur Gaza.“
Hamas, melalui Hayya, menegaskan kembali “komitmennya untuk melanjutkan perjuangannya hingga berdirinya sebuah negara Palestina dengan Yerusalem sebagai ibukota negaranya.“
Yahya Sinwar wafat (insyaAllah) syahid usai dua bulan menjadi pemimpin Hamas menggantikan Ismail Haniyeh yang tewas dalam serangan di ibu kota Teheran, Iran pada bulan Juli lalu.
Israel telah melakukan operasi militer untuk membunuh Sinwar selama kurang lebih setahun terakhir, karena beliau dianggap sebagai otak dari serangan ke Israel pada tanggal 7 Oktober 2023 lalu.
Hingga kini belum diketahui siapa yang akan menggantikan Sinwar menjadi pemimpin Hamas di Gaza. Beberapa nama bermunculan, termasuk adik Yahya Sinwar yakni Muhammad Sinwar dan perwakilan Hamas di luar negeri Khaled Mashal.